Beranda | Artikel
Cara Yahudi Menghibur Diri Dari Dosa
Jumat, 6 Desember 2019

Cara Yahudi Menghibur Diri Dari Dosa

Ust mhn dijelaskan apa makna ayat dlm surat Al Baqarah ayat ke 80,

وَقَالُوا لَن تَمَسَّنَا النَّارُ إِلَّا أَيَّامًا مَّعْدُودَةً

Kaum Yahudi berkata: “Kami sekali-kali tidak akan disentuh oleh api neraka, kecuali selama beberapa hari saja”.

Mksdnya bbrp hari saja apa ya Ust? Sykron atas pnjlsannya…

Jawaban:

Bismillah wal hamdulillah was sholaatu was salaam ‘ala Rasulillah, wa ba’du.

Ayat di atas adalah bantahan Allah ‘azza wa jalla kepada kaum Yahudi atas keyakinan mereka yang isinya memghibur diri untuk tetap nyaman dalam kekafiran. Padahal mereka tahu bahwa Muhammad shallallahualaihi wa sallam adalah Rasul dan Nabi terakhir. Ciri-ciri beiau telah dijelaskan gamblang di kitab Taurat. Mereka sadar jika tidak mengimani Muhammad shallallahualaihi wa sallam, mereka berada di jalan yang keliru. Allah membongkar isi hati mereka dalam Al Quran,

الَّذِينَ آتَيْنَاهُمُ الْكِتَابَ يَعْرِفُونَهُ كَمَا يَعْرِفُونَ أَبْنَاءَهُمْ ۖ وَإِنَّ فَرِيقًا مِّنْهُمْ لَيَكْتُمُونَ الْحَقَّ وَهُمْ يَعْلَمُونَ

Orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang telah Kami beri Al Kitab (Taurat dan Injil) mengenal Muhammad seperti mereka mengenal anak-anaknya sendiri. Dan sesungguhnya sebahagian diantara mereka menyembunyikan kebenaran, padahal mereka mengetahui. (QS. Al-Baqarah : 146)

Menurut mereka, orang-orang yang beragama Yahudi akan diazab di neraka dalam waktu tertentu. Lalu setelah masa azab berakhir, tempat mereka di neraka akan diganti oleh orang-orang selain Yahudi. Kemudian Allah membantah keyakinan sesat ini melalui firmanNya,

وَقَالُوا لَن تَمَسَّنَا النَّارُ إِلَّا أَيَّامًا مَّعْدُودَةً ۚ قُلْ أَتَّخَذْتُمْ عِندَ اللَّـهِ عَهْدًا فَلَن يُخْلِفَ اللَّـهُ عَهْدَهُ ۖ أَمْ تَقُولُونَ عَلَى اللَّـهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ

Kaum Yahudi berkata: “Kami sekali-kali tidak akan disentuh oleh api neraka, kecuali selama beberapa hari saja”. Jawablah: “Sudahkah kamu menerima janji dari Allah sehingga Allah tidak akan memungkiri janji-Nya, ataukah kamu hanya mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui?”

بَلَىٰ مَن كَسَبَ سَيِّئَةً وَأَحَاطَتْ بِهِ خَطِيئَتُهُ فَأُولَـٰئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ ۖ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ

(Bukan demikian), yang benar: barangsiapa berbuat dosa dan ia telah diliputi oleh dosanya, mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya. (QS. Al-Baqarah : 80 – 81)

Kata mereka, beberapa hari saja maksudnya hanya 40 hari di neraka…

Orang-orang Yahudi, “terang Imam Ibnu Jarir, “berkata : Allah akan memasukkan kami ke dalam neraka selama 40 hari saja. Sampai jika seluruh dosa kami dimakan oleh api, akan ada yang berseru : Keluarkan dari neraka setiap anak keturunan Bani Israil yang sudah disunat. Oleh kerena sebab inilah kami diperintahkan untuk bersunat. Kaum Yahudi berkata : Tak ada seorangpun diantara kami yang berada di neraka melainkan akan dikeluarkan.” (Tafsir At Tobari 1/381).

Demikian cara mereka menghibur diri dari dosa, menaruh harapan yang tinggi, tanpa diimbangi usaha; dalam hal ini beriman, dan tak ada perasaan takut kepada murka Allah. Jika perasaan seperti itu ada pada diri seseorang, maka tinggal menunggu waktu untuk binasa dan mendapat kemurkaan Allah,

  • Berbuat dosa
  • Merasa aman dari murka Allah.

Orang yang demikian sikapnya, akan sulit menyadari dosa dan bertaubat. Kita berlindung kepada Allah dari sikap seperti itu.

Syekh Abdurrahman bin Nashir As Sa’di rahimahullah memberingan keterangan menarik saat menafsirkan ayat tentang kaum Yahudi di atas,

فجمعوا بين الإساءة والأمن.

Dengan anggapan orang-orang Yahudi yang seperti itu, mereka telah mengumpulkan antara dosa dan merasa aman dari azab Allah. (Tafsir As Sa’di)

Adapun sikap orang-orang beriman, bertolak belakang dengan sikap orang – orang Yahudi di atas. Mereka megumpulkan antara ikhtiyar, berupa iman dan amal sholih, dan rasa takut kepada murka Allah.

Lihatlah Nabi Ibrahim saat beliau takut anak keturunannya melakukan kesyiriakan, lantas membimbing beliau untuk berdoa,

وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ اجْعَلْ هَٰذَا الْبَلَدَ آمِنًا وَاجْنُبْنِي وَبَنِيَّ أَنْ نَعْبُدَ الْأَصْنَامَ

Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berkata: “Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini (Mekah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku daripada menyembah berhala-berhala.
(QS. Ibrahim 35).

Dalam surat Az Zumar, Allah ‘azzawajalla menceritakan sifat penghuni surga,

أَمَّنْ هُوَ قَانِتٌ آنَاءَ اللَّيْلِ سَاجِدًا وَقَائِمًا يَحْذَرُ الْآخِرَةَ وَيَرْجُو رَحْمَةَ رَبِّهِ ۗ قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ ۗ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُو الْأَلْبَابِ

(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadah di waktu-waktu malam dengan bersujud dan berdiri. Ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya. Katakanlah: “Adakah sama atara orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran. (QS. Az-Zumar : 9).

Demikian sikap para sahabat dahulu -semoga Allah meridhoi mereka-. Imam Bukhori menulis bab dalam kitab Shahihnya berjudul,

باب خوف المؤمن من أن يحبط عمله وهو لا يشعر

Bab : Kekhawatiran seorang mukmin dari perbuatan yang dapat mengugurkan pahala amalnya tanpa ia sadari.

Kemudian beliau menukil perkataan seorang Tabi’in; Ibnu Abi Mulaikah –rahimahullah– yang menceritakan pengalamannya ketika bertemu dengan 30 orang sahabat Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Beliau mengatakan,

أدركت ثلاثين من أصحاب النبي صلى الله عليه وسلم كلهم يخاف النفاق على نفسه، ما منهم أحد يقول إنه على إيمان جبريل وميكائيل

Saya telah bertemu dengan 30 sahabat Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Mereka semua khawatir dirinya terjangkiti penyakit nifak. Tak ada seorangpun diantara mereka yang sampai mengatakan bahwa imannya seperti iman Jibril atau Mikail.

Dua kubu yang masing-masing memiliki sikap yang sangat kontras antar satu sama lain. Satu kubu neraka, satu kubu surga. Tinggal kepada siapa kita meniru. Nabi shallallahualaihi wa sallam telah mengingatkan,

من تشبه بقوم فهو منهم

Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum maka ia termasuk dalam golongannya.” (HR. Abu Dawud, dinilai hasan shahih oleh Syaikh Albani, dalam Shahih Abi Dawud no. 3401).

Wallahua’lam bis showab.

***

Dijawab oleh Ustadz Ahmad Anshori
(Alumni Universitas Islam Madinah, Pengajar di PP Hamalatul Qur’an Yogyakarta)


Artikel asli: https://konsultasisyariah.com/36016-cara-yahudi-menghibur-diri-dari-dosa.html